Potensi Gempa Megathrust di Selat Sunda Banten Bisa Picu Tsunami Setinggi 20 Meter, Menurut BRIN
Banten – Selat Sunda di Provinsi Banten dan beberapa wilayah lain di Indonesia kini menjadi perhatian khusus karena potensi terjadinya gempa megathrust. Peneliti dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Nuraini Rahma Hanifa, mengungkapkan bahwa wilayah selatan Jawa, termasuk Selat Sunda, berpotensi diguncang gempa megathrust yang dapat memicu tsunami dengan gelombang tinggi.
Apa Itu Gempa Megathrust?
Gempa megathrust terjadi di zona subduksi, yaitu wilayah di mana lempeng tektonik yang lebih padat bergerak menuju bawah lempeng yang lebih ringan. Pergerakan ini menciptakan tekanan yang, ketika dilepaskan secara mendadak, dapat menghasilkan gempa bumi dengan magnitudo tinggi. Selain gempa besar, pergerakan ini juga bisa memicu tsunami jika kondisi tertentu terpenuhi.
Tsunami besar umumnya terjadi akibat gempa megathrust yang memiliki titik pusat gempa atau hiposenter yang dangkal dengan gerakan naik. Meskipun tidak setiap gempa megathrust menghasilkan tsunami, namun potensi besar untuk tsunami tetap ada, terutama jika tekanan tektonik yang terakumulasi dilepaskan sekaligus.
Potensi Gempa Megathrust di Selat Sunda
Rahma Hanifa menjelaskan bahwa segmen megathrust di selatan Jawa, termasuk Selat Sunda, menyimpan energi tektonik yang cukup signifikan. Berdasarkan riset yang dilakukan, segmen ini berpotensi melepaskan gempa dengan kekuatan magnitudo 8,7 hingga 9,1. Gempa sebesar ini berpotensi memicu tsunami yang dapat menyebar ke seluruh wilayah pesisir, termasuk Jakarta, dalam waktu sekitar 2,5 jam.
Berdasarkan simulasi yang dilakukan oleh BRIN bersama tim peneliti dari berbagai institusi, gelombang tsunami yang terjadi bisa mencapai ketinggian yang sangat besar, bahkan 20 meter di pesisir selatan Jawa. Untuk Selat Sunda, gelombang tsunami diperkirakan setinggi 3 hingga 15 meter, sementara di pesisir utara Jakarta, gelombang tsunami dapat mencapai sekitar 1,8 meter.
Sejarah Tsunami di Wilayah Ini
Fenomena tsunami akibat gempa megathrust bukanlah hal baru di wilayah ini. Salah satu contohnya adalah tsunami Pangandaran pada 2006 yang dipicu oleh marine landslide di dekat Nusa Kambangan. Seiring berjalannya waktu, energi yang terkunci di zona subduksi selatan Jawa terus meningkat, yang menjadikan potensi bencana ini semakin tinggi.
BRIN juga menemukan melalui penelitian paleotsunami bahwa gempa megathrust di selatan Jawa memiliki periode ulang sekitar 400 hingga 600 tahun, dengan kejadian terakhir diperkirakan terjadi pada 1699. Oleh karena itu, energi yang terkumpul di wilayah tersebut sudah mencapai titik kritis, yang meningkatkan kemungkinan terjadinya gempa besar dan tsunami.
Dampak Potensial Gempa Megathrust
Jika gempa megathrust terjadi di selatan Jawa dan memicu tsunami besar, dampaknya bisa sangat luas. Selain merusak pesisir selatan Jawa, fenomena ini berpotensi menyebar hingga pesisir lain di Indonesia, termasuk Jakarta dan wilayah pesisir lainnya di sepanjang pantai barat dan selatan. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat dan pemerintah untuk mempersiapkan mitigasi bencana dan sistem peringatan dini untuk mengurangi dampak bencana yang mungkin terjadi.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian BRIN, potensi gempa megathrust di Selat Sunda dan selatan Jawa menjadi ancaman nyata bagi wilayah pesisir Indonesia. Dengan adanya simulasi tsunami yang menunjukkan gelombang setinggi 20 meter, masyarakat di wilayah tersebut perlu waspada dan mempersiapkan diri menghadapi potensi bencana besar ini. Pemerintah dan instansi terkait diharapkan dapat memperkuat sistem mitigasi bencana untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan dari kejadian tersebut.